Cerita ini diawali dengan tidak diterimanya SNPTN saat saya mendaftar kuliah, hingga saya mendaftar test untuk masuk kuliah. Waktu itu adalah anak yang baru saja dinyatakan LULUS dari sekolah menengah atas di kotaku, tentu saja itu tidak membuat saya untuk bisa belajar mandiri oleh orang tua dan kakak saya.
“kalau mau kuliah di Jogja ya berusaha sampai dapat, kalau tidak ya kuliahnya disini saja. Berani ke Jogja sendiri enggak?” a.k.a kalau mau kuliah di Jogja ya silahkan ikutin testnya (test mandiri) yang memang dilakukan di kampus tersebut. Waktu itu belum ada pengumuman dari SBMPTN jadi mencoba test mandiri di suatu kampus.
Singkat cerita pagi itu saya berangkat untuk mengikuti test, saya hanya diantar sampai terminal oleh kakak saya. Dan ya, ini adalah perjalanan jauh pertama saya sendiri. Meskipun sering bolak-balik ke Jogja namun selalu bersama keluarga atau saat study tour tentu saja:). Jika ingin menggunakan bus saat itu harus membeli tiketnya beberapa hari sebelumnya tentu saja sebelum ada pandemi, ini namun tahun kemarin saya ingin naik bus sudah tidak seramai itu. Dan kereta juga sudah penuh, namun waktu itu saya belum seberani sekarang untuk naik kendaraan umum.
Selama menunggu bus aku bertemu dengan temannya kakak yang kuliah di suatu kampus di Jogja juga, namun si teteh ini ke Jogja hanya transit untuk selanjutnya liburan ke NTB kalau tidak salah. Disana aku hanya perkenalan sedikit lalu si teteh ngobrol dengan kakak saya.
“Ih mana sih ieu bus teh, pa kumaha bus selanjutna mampir ka terminal?”
“ieu tinggal bus terakhir neng, ieu atos ngobrol seueur penumpang di terminal.”
(Kumana: bagaimana, Ieu: ini, Atos: sudah, Seueur: banyak)
Padahalkan mereka saling berhubungan antar satu terminal dengan terminal lain entah bagaimana manajemennya hingga bisa seperti ini. Sampai menjelang duhur keberangkatan bus terakhir ke Jogja tidak ada yang ke terminal yang artinya bus sudah penuh. Namun penumpang menuju ke Jogja sangat banyak selain saya dan si teteh ini, dan berakhir dengan penumpang Jogja menggunakan bus alternatif lain.
Akhirnya berangkatlah penumpang semuanya. Alhamdulillah senang karena bisa berangkat karena test dilakukan keesokan hari. Kalau tidak berangkat sekarang ya tidak ikut test. Namun dalam hati takut, takut sekali. Bagaimana tidak ini kali pertama pergi jauh tanpa siapa-siapa:( Ohiya, saya duduk dengan si teteh ini namun selama di perjalanan aku hanya diam diam bae. Tapi si tetehnya selalu ngajak ngobrol, dan aku hanya mendengarkan saja sambil menimpali terkadang. Udah anaknya pendiam ketemu sama orang baru dengan pengalaman yang baru juga, tapi aku ingat aku tidak sampai menangis.
Selama perjalanan selalu mengucapkan mantra “Ini tuh belajar! Harus berani dong, gimana nanti kalo kamu kuliahnya di Jogja!” berulang-ulang. And its work, meskipun aku juga bener bener zonk pikiran ini kalau sudah sampai terminal terus gimana? Naik TJ, bagaimana caranya? Naik gojek, harus dar mana?
Saat istrirahat makan di suatu restoran, aku duduk bersama teteh dan temannya teteh namun dia turun di Kulon Progo.
“Boleh ikut gabung?”, kata temannya si teteh.
“Oh iya boleh” si teteh. Dan mereka berdua ngobrol ngalor ngidul...sampai. “Nanti kamu mau turun dimana?. Nanti teteh turun di Gamping” (Iya, tetehnya kuliah di UMY)
“Di terminal teh.. kalau dari terminal ke kampus X itu jauh enggak teh? Naik apa enaknya?”, jawabku sekaligus bertanya.
“ih atu jauh kalau dari terminal ke kampus itu lumayan jauh. Bisa naik gojek”
Bla bla bla.. sampi waktu istirahat selesai dan kita melanjutkan perjalanan. Selama kelanjutan perjalanan si teteh selalu bertanya ‘berani enggak?’dan selalu menawari untuk turun bareng nanti diantar berkali-kali yang berkali-kali juga aku tolak, dasar lu.
Mungkin makin lama aku mukanya makin bingung, dan emang beneran bingung sih wkwk ya pertamakali cuy. Sampai akhirnya si teteh telpon kakak aku supaya aku turun bareng dan nanti diantar ke tujuan dengan selamat.
Akhirnya.... aku ikut turun sama si teteh yang sampai saat ini aku masih ingat kostnya (gang seberang BSN jalan gamping), lalu aku diantarkan ke tempat mbk (yang sekarang menjadi kakak ipar aku hehe). Usut punya usut mbk emang gaboleh sama kakak aku buat jemput aku ke terminal waktu huuuu.
Aku masih ingat bagaimana waktu itu pada saat ini, aku masih ingat jalannya, aku masih ingat kostnya teteh, beberapa kali kalau aku ke daerah dekat sana aku selalu melewati kost tersebut meskipun teteh udah enggak kost disana lagi.
Terima kasih teh udah anterin aku waktu itu, sumpah aku beneran bingung haha dan mana udah malem kan sampi Jogja. Aku benar-benar tidak tahu setelah turun dari bus harus bagaimanam meskipun sudah berkali-kali dijelaskan berkali-kali oleh kakak saya. Dan sudah kuketahui bahwa jarak dari tempat teteh sampai alamt itu sangatlah jauh, jauh sekali. Terima kasih juga saat di kost teteh sekalian dikasih oleh-oleh amplang sama temennya teteh.
Mungkin terima kasih saja tidaklah cukup. Sampai beberpa tahun saya menjadi mahasiswa saya baru menemukan kontak si tetehnya. Aku sudah sampaikan terima kasih dan kita sudah seringkali membuat janji untuk bertemu namun belum pernah pas.
Mungkin tulisan saya sangatlah sederhana dan biasa saja, sudah sejak lama aku ingin menuliskan ini alhamdulilah sudah kesampaian. Aku akan terus ingat sampai kapanpun teh, terima kasih sekali lagi. Dari tulisan sederhana ini aku abadikan kebaikan teteh. Semoga segera datang waktu yang tepat untuk aku memberikan balasan kebaika teteh. Sukses terus kariernya teh...
Dari kejadian ini memberi aku pelajaran untuk aku dan kita semua untuk berbuat baik dan saling menolong. Berhati-hati itu perlu tapi tidak salah untuk berbuat baik:)
Selain namamu, yang membekas di hati orang lain adalah kebaikanmu. Maka berbuatlah kebaikan sampai kapanpun dan jangan memandang kepada siapa kita berbuat baik.
“kalau mau kuliah di Jogja ya berusaha sampai dapat, kalau tidak ya kuliahnya disini saja. Berani ke Jogja sendiri enggak?” a.k.a kalau mau kuliah di Jogja ya silahkan ikutin testnya (test mandiri) yang memang dilakukan di kampus tersebut. Waktu itu belum ada pengumuman dari SBMPTN jadi mencoba test mandiri di suatu kampus.
Singkat cerita pagi itu saya berangkat untuk mengikuti test, saya hanya diantar sampai terminal oleh kakak saya. Dan ya, ini adalah perjalanan jauh pertama saya sendiri. Meskipun sering bolak-balik ke Jogja namun selalu bersama keluarga atau saat study tour tentu saja:). Jika ingin menggunakan bus saat itu harus membeli tiketnya beberapa hari sebelumnya tentu saja sebelum ada pandemi, ini namun tahun kemarin saya ingin naik bus sudah tidak seramai itu. Dan kereta juga sudah penuh, namun waktu itu saya belum seberani sekarang untuk naik kendaraan umum.
Selama menunggu bus aku bertemu dengan temannya kakak yang kuliah di suatu kampus di Jogja juga, namun si teteh ini ke Jogja hanya transit untuk selanjutnya liburan ke NTB kalau tidak salah. Disana aku hanya perkenalan sedikit lalu si teteh ngobrol dengan kakak saya.
“Ih mana sih ieu bus teh, pa kumaha bus selanjutna mampir ka terminal?”
“ieu tinggal bus terakhir neng, ieu atos ngobrol seueur penumpang di terminal.”
(Kumana: bagaimana, Ieu: ini, Atos: sudah, Seueur: banyak)
Padahalkan mereka saling berhubungan antar satu terminal dengan terminal lain entah bagaimana manajemennya hingga bisa seperti ini. Sampai menjelang duhur keberangkatan bus terakhir ke Jogja tidak ada yang ke terminal yang artinya bus sudah penuh. Namun penumpang menuju ke Jogja sangat banyak selain saya dan si teteh ini, dan berakhir dengan penumpang Jogja menggunakan bus alternatif lain.
Akhirnya berangkatlah penumpang semuanya. Alhamdulillah senang karena bisa berangkat karena test dilakukan keesokan hari. Kalau tidak berangkat sekarang ya tidak ikut test. Namun dalam hati takut, takut sekali. Bagaimana tidak ini kali pertama pergi jauh tanpa siapa-siapa:( Ohiya, saya duduk dengan si teteh ini namun selama di perjalanan aku hanya diam diam bae. Tapi si tetehnya selalu ngajak ngobrol, dan aku hanya mendengarkan saja sambil menimpali terkadang. Udah anaknya pendiam ketemu sama orang baru dengan pengalaman yang baru juga, tapi aku ingat aku tidak sampai menangis.
Selama perjalanan selalu mengucapkan mantra “Ini tuh belajar! Harus berani dong, gimana nanti kalo kamu kuliahnya di Jogja!” berulang-ulang. And its work, meskipun aku juga bener bener zonk pikiran ini kalau sudah sampai terminal terus gimana? Naik TJ, bagaimana caranya? Naik gojek, harus dar mana?
Saat istrirahat makan di suatu restoran, aku duduk bersama teteh dan temannya teteh namun dia turun di Kulon Progo.
“Boleh ikut gabung?”, kata temannya si teteh.
“Oh iya boleh” si teteh. Dan mereka berdua ngobrol ngalor ngidul...sampai. “Nanti kamu mau turun dimana?. Nanti teteh turun di Gamping” (Iya, tetehnya kuliah di UMY)
“Di terminal teh.. kalau dari terminal ke kampus X itu jauh enggak teh? Naik apa enaknya?”, jawabku sekaligus bertanya.
“ih atu jauh kalau dari terminal ke kampus itu lumayan jauh. Bisa naik gojek”
Bla bla bla.. sampi waktu istirahat selesai dan kita melanjutkan perjalanan. Selama kelanjutan perjalanan si teteh selalu bertanya ‘berani enggak?’dan selalu menawari untuk turun bareng nanti diantar berkali-kali yang berkali-kali juga aku tolak, dasar lu.
Mungkin makin lama aku mukanya makin bingung, dan emang beneran bingung sih wkwk ya pertamakali cuy. Sampai akhirnya si teteh telpon kakak aku supaya aku turun bareng dan nanti diantar ke tujuan dengan selamat.
Akhirnya.... aku ikut turun sama si teteh yang sampai saat ini aku masih ingat kostnya (gang seberang BSN jalan gamping), lalu aku diantarkan ke tempat mbk (yang sekarang menjadi kakak ipar aku hehe). Usut punya usut mbk emang gaboleh sama kakak aku buat jemput aku ke terminal waktu huuuu.
Aku masih ingat bagaimana waktu itu pada saat ini, aku masih ingat jalannya, aku masih ingat kostnya teteh, beberapa kali kalau aku ke daerah dekat sana aku selalu melewati kost tersebut meskipun teteh udah enggak kost disana lagi.
Terima kasih teh udah anterin aku waktu itu, sumpah aku beneran bingung haha dan mana udah malem kan sampi Jogja. Aku benar-benar tidak tahu setelah turun dari bus harus bagaimanam meskipun sudah berkali-kali dijelaskan berkali-kali oleh kakak saya. Dan sudah kuketahui bahwa jarak dari tempat teteh sampai alamt itu sangatlah jauh, jauh sekali. Terima kasih juga saat di kost teteh sekalian dikasih oleh-oleh amplang sama temennya teteh.
Mungkin terima kasih saja tidaklah cukup. Sampai beberpa tahun saya menjadi mahasiswa saya baru menemukan kontak si tetehnya. Aku sudah sampaikan terima kasih dan kita sudah seringkali membuat janji untuk bertemu namun belum pernah pas.
Mungkin tulisan saya sangatlah sederhana dan biasa saja, sudah sejak lama aku ingin menuliskan ini alhamdulilah sudah kesampaian. Aku akan terus ingat sampai kapanpun teh, terima kasih sekali lagi. Dari tulisan sederhana ini aku abadikan kebaikan teteh. Semoga segera datang waktu yang tepat untuk aku memberikan balasan kebaika teteh. Sukses terus kariernya teh...
Dari kejadian ini memberi aku pelajaran untuk aku dan kita semua untuk berbuat baik dan saling menolong. Berhati-hati itu perlu tapi tidak salah untuk berbuat baik:)
Selain namamu, yang membekas di hati orang lain adalah kebaikanmu. Maka berbuatlah kebaikan sampai kapanpun dan jangan memandang kepada siapa kita berbuat baik.
Suka quote terakhir :")
BalasHapusSemoga kita selalu bisa meninggalkan jejak kebaikan dalam hidup orang lain, ya..
Amin:))
BalasHapus