Kalo dikasih pilihan untuk memilih antara dulu ketemu apa enggak, aku bakalan pilih untuk bertemu dengan Dia.
Karena aku jadi bisa lebih mengenal diri sendiri. Alias aku jadi sering intropeksi diri. Ya, meskipun gada Dia juga aku bakalan seringnuntuk ke diri sendiri.
Kalo ditanya apa sih yang Dia udah kasih ke kamu? Jawabannya adalah waktu. Waktu kebersamaan yang sesingkat adzan isya sampai dengan mulai sepinya jalanan kota. Tapi di kota ini semakin malam akan semakin romantis bukan? Itupun tidak selama itu, karena sebentar Dia datang lalu pergi lalu datang lagi.
Waktu aku yang selama ini tanpa Dia. Aku benar-benar menikmati hidupku. Bertemu dengan banyak hal. Lebih mengenal ke diri sendiri. Memang semakin dewasa maka akan semakin mengenal diri sendiri bukan. Dan yang terpenting adalah lebih menyayangi diri sendiri. Aku tanpa kamu maka akan kusayangi diri ini, seperti sebelum aku mengenal kamu. Pun sekarang aku yang pernah mengenalmu, yang sedang berjuang untuk mengikhlaskanmu.
Lebih menjaga diri juga. Menjaga dari hal-hal yang bisa bikin kamu merasakan sakit lagi. Karena untuk sembuhnya itu butuh effort yang banyak. Waktu yang tidak sebentar, pikiran dan juga kesehatan.
Karena waktu tidak bisa di ulang dan meskipun entah kamu baca ini atau tidak. Hai Mas, aku mau bilang kalo,"Mas makasih sudah datang, tapi kita sama-sama usaha dulu yuk. Usaha untuk sama-sama menyelesaikan pendidikan dulu. Usaha untuk berkrir, aku pengen meraskan bagaimana dunia kerja dulu sebentar saja barang beberapa waktu (dulu aku sih pengennya satu tahun aja). Kalo aku wisuda kamu dateng lagi yaa.. akan aku pastikan selama itu tidak akan ada lelaki yang mengisi hatiku."
Kalimat ini yang pengen aku bilang ke kamu saat kamu datang sendiri hari itu. Iya aku paham sejak hari itu. Aku senang bahwa aku tidak sendirian. Kupikir hanya aku sendiri, maaf karena sudah membuat benteng setinggi itu. Tapi nyatanya kalimat ini tidak terucap hari itu.
Kalo kamu lihat aku yang bisa apa-apa sendiri. Keluar kota sendiri, mengisi seminar, menulis buku antologi, menulis berita di sebuah media nasional, ikut kegiatan-kegiatan volunteer, sampai aku lulus kuliah. Memang terlihat seperti manusia kuat. Tapi asline aku yo butuh pundak untuk bersandar. Tapi cukupkan sajadah untuk bersujud:)
Dibalik aku yang sering bolak-balik Bandung-Jogja, jam 3 sampai di stasiun Bandung, terus nunggu sampai subuh dulu karena diwanti-wanti Aang ga boleh keluar stasiun sebelum pagi. Takut enggak? Yo jelas takut dong. Di lain waktu bawa banyak barang, mau ke toilet gada orang buat nitipin. Pernah aku pakai jasa bapak kuter stasiun. Ku kira bakalan dibawain barangku sampai aku mendapat jemputan dari aa gojek, eh ternyata cuma sampe pintu keluar stasiun. Pengen kumenangis. Kadang butuh temen, tapi sadar kalau lebih baik menjadi tidak merepotkan. Tapi aku punya Omet yang baik sekali, dia sangat mau aku repotkan. Nanti akan aku ceritakan padamu. Pun sahabat-sahabatku yang lain.
Iya, banyak sekali hal yang pengen aku ceritain. Hal-hal yang penting sampai hal-hal yang kadang sangat tidak penting sekali.
Ohiya, aku enggak sengaja pas buka akun sosial media lamaku terus muncul akun kamu. Berani sekali aku meminta pertemanan denganmu. Makasih sudah menjadi temanku (lagi). Apa kamu masih ingat aku? Tapi sepertinya masih sih hehe. Entah bagaimana aku ingin selalu menyapamu tapi itu tidak pernah terjadi. Makasih udah selalu liat story yang kubuat. Dengan sedih aku mau bilang kalo akunku itu kena banned. Aku udah enggak bisa buka akun itu lagi. Padahal ada banyak sekali foto yang aku upload tapi hanya aku sendiri yang bisa lihat, sedih sekali semua hilang.
Di akun baru yang aku buat lagi, entah kenapa aku tidak memiliki keberanian untuk meminta pertemanan lagi hahaha.. tapi masa akunku tidak pernah muncul di media sosialmu ya? atau di media sosial yang lain gitu.. hahahahahahahah.
Tidak ada yang aku sesali pernah bertemu dengan kamu. Mungkin yang aku sesali adalah kamu tidak datang lagi setelah aku wisuda. Tapi tidak apa, semoga ikhlasku lebih lapang lagi..
Komentar
Posting Komentar