Langsung ke konten utama

Pengalaman Vaksin di Masa Pandemi

 Pandemi ini sudah berlangsung selama hampir  dua tahun di Indonesia. Dari PSBB sampai sekarang berubah nama menjadi PPKM, dari PPKM berlevel sampai darurat dan semoga segera usai pandemi ini. 

Tahun 2020 covid-19 hanya mendengar di televisi, membaca berita, atau saat membuka media sosial. Berbeda dengan tahun ini, temannya teman, saudaranya teman, sampai tetangga bahkah teman sendiri yang tekena covid-19.

Sebagai upaya pencegahan covid-19, bulan Juli kemarin aku melakukan vaksin sinovac tanggal 1 dosis pertama dan tanggal 28 dosis kedua. Vaksin ini dilakukan sebagai usaha, ya memang yang sudah vaksin juga tetap bisa tertular namun tidak jika tertular tidak akan separah seperti yang tidak/belum melakukan vaksin.

Banyak pross dan conss tentang vaksin dari masyarakat, begitu juga oleh para tetangga. Awal vaksi mereka tidak mau dan vaksin masih sepi bahkan malah ada yang terpaksa vaksin karena jika vaksin mendapatkan bantuan beras. Katanya sih, kalau di tempatku memang yang udah sepuh dan vaksin mendapatkan bantuan beras. Tapi itu diawal dan aku juga gatau menahu tentang itu.

Ada juga tetangga yang berkata,"aku vaksin ga vaksin kalo sakit ke dokter ya bayar sendiri" "ga kemana-mana kook" "divaksin suntiknya sakit" dll. Tapi, alhamdulillah mereka yang berkata seperti itu malah kemarin sudah melakukan vaksin hihi. Alhamdulillah hampir semuanya disini sudah mendapatkan vaksin dari pemerintah.

Ohiya, kalau melihat berita di televisi atau membaca e-koran, dan juga dari sosilal media. Melihat orang mengantri begitu panjang, mendaftar sejak lama, bahkan sampai berbondong-bondong dan berdesakan untuk vaksin. Lha pye tho, kook malah berdesakan sih?

Alhamdulillah disini, vaksin berjalan dengan lancar dan tertib. Tidak berdesakan, karena ada sistem antrian yang mana setiap vaksin ada batasnya. 

Lalu, bagaimana rasanya disuntik, apakah semenyakitkan itu? Ternyata ya biasa aja. Vaksin pertama aku tidak merasakan apa-apa, sampai berfikir kemarin aku beneran di suntik dikasih vaksin apa gak ya? Karena jujur ga kerasa apa-apa sama sekali. Efek setelahnya jadi laperan tapi ya emang udah waktunya makan dan doyan makan si trus ngantukan tapi emang anaknya doyan tidur. Vaksin kedua, beda dokter dan pas disuntik nyeri dikit. Tapi its okay, kenapa dulu pas kecil talut banget disuntik ya. Efeknya sama saja. Setelah vaksin batuk, tapi batuk karena sakit tenggorokan kurang minum (kebiasaan), meskipun udah degdegan tapi minum obat dan minum air putih banyak langsung sembuh. Pas vaksin kedua juga memastikan, disuntikannya dikasih vaksin apa enggak. Mungkin karena bener-bener memperhatikan dari vaksinnya di keluarkan dari kotak lalu dimasukan ke suntikan dan melihat saat dokter menyuntik jadi nyerinya kerasa.

Tidak ada efek lemas, pushing dll kaya yang dibaca di berita-berita. Yha, begitu memang hidup jangan temakan sama berita. Boleh percaya asal sudah tahu faktanya. 

Semoga pandemi ini segera selesai. Menjadi fresh graduate di saat pandemi menjadi pengalaman yang membuat kita makin bakoh dan kreatif.

Tentu saja merindukan kegiatan bersosial, ya jadwal yang digantikan dengan online bahkan sampai ditiadakan. Aku merindukan masa sebelum pandemi:(

Gapapa, yuk tetap belajar yang rajin karena belajar tidak memandang usia kan. Bersiap dengan kehidupan selanjutnya.

So, gimana cerita vaksin kamu?:)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

#AprilProduktifDay2: Melihat Sisi Baik Pandemi

Berbicara tentang sisi positif dan hikmah yang dapat diambil dari wabah covid-19 itu banyak sekali. Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari adanya wabah ini. Kita dihimbau untuk #StayAtHome tentu saja bagi anak perantau sangat senang kembali kerumah. Ada banyak waktu untuk bercengkrama, masak bersama, makan bersama, nonton tv bersama, dan masih banyak lagi yang dapat dilakukan. Yang tentu saja saat awal pulang dari perantauan merasa senang sekaligus sedih dan takut selama diperjalanan bertemu dengan banyak orang, meskipun sudah jaga jarak. Bisa mencoba masak dengan resep baru, dan berbagi resep dengan teman-teman yang suka memasak. Itung-itung belajar masaka ya karena selama di rantau selalu membeli makan tidak sempat masak sendiri. Dan ternyata mencoba hal baru itu seru! Meskipun jauh sebelum adanya wabah ini sudah selalu cuci tangan, tapi dengan adanya wabah ini kita lebih lebih sering mencuci tangan dan menjaga kersihan lainnya. Yang biasanya jalan hanya sa...

#AprilProduktifDay1: Untuk Tetap Selalu Bersyukur

Diakhir tahun kita semua pasti selalu melakukan evaluasi diri, apa hal-hal yang sudah dicapai patut untuk disyukuri dan juga apa yang belum tercapai, ya tidak apa-apa kita semua memiliki batasan:) Awal tahun ini dimulai dengan warna yang abu-abu. Bukan hitam ataupun putih, sebab aku sudah tahu bukan hitam atapun putih saja nanti dihidup aku. Apa-apa yang sudah direncanakan olehku belum tentu sesuai dengan rencana Allah:) Bukan aku  tidak  percaya diri, tentu saja aku selalu percaya dengan kemampuan yang aku miliki untuk mewujudkan semua rencana-rencana dan resolusi-resolusi yang sudah aku buat setiap tahunnya. Namun, semua rencana-rencana itu tidak berjalan sesuai dengan yang diinginkan, qodarullah.. semua nya harus kondisional dengan adanya pandemik di bumi kita ini. Mengabari teman-teman dengan berita bahagia ‘teman-teman, aku besok seminar proposal/munaqosyah. Kalian tidak usah datang aku malu. Minta doanya ya’. Berganti menjadi ‘teman-teman aku besok seminar propos...

#AprilProduktifDay6: Gapapa Menjadi Beda

Kalau ada hal aneh yang berbeda sama yang lain selain saya tidak suka minum kopi adalah saya tidak suka makan pedas. Padahal seblak dan ramen kata temanku,"apa rasanya kalo tidak pedas?". Memang umur saya tahun ini sudah dua puluh tahun lebih dikit tapi makan pedas saja tidak bisa. Setiap jajan sama teman pasti selalu beli makanan yang manis-manis, beda banget sama teman-teman yang sukanya jajanan yang asin.  Kalo lagi jajan pasti salah seorang teman ada saja yang bilang "Ohiya, selera Lina emang beda dari kita" haha Pernah suatu waktu aku beli seblak sama teman-teman, trus aku sok sok an pedasnya level lima. Yang membuat aku tidak bisa makan pedas adalah ketika makan pedas air mataku selalu turun:") padahal tuh gapapa loh bisa ditahan pedesnya tapi air mata malah gabisa berhenti. Sampai teman-teman kasian kalo lihat aku makan pedas:)) tapi seblak dan ramen tetap makanan asin-pedas favorit aku, meski dimakannya level satu atau dua.  Nah, karena tidak su...