Langsung ke konten utama

A Man Called Ove

Pengarang : Fredrik Backman
Judul asli : En man som heter Ove
Penerbit : Washington Square Press
Tahun terbit : 2012 (Sweden), 2013 (US)
Halaman : 364
ISBN : 9781476738024

A Man Called Ove (judul aslinya dalam bahasa Swedia: En man som heter Ove) adalah novel 2012 karya Fredrik Backman, kolumnis, blogger, dan penulis Swedia. 

Buku ini menceritakan tentang seorang lelaki berumur 59 tahun dan seorang pensiunan bernama Ove. Di awal buku Ove diceritakan memiliki karakter yang tidak menyenangkan, Ia suka marah-marah terhadap hal yang tidak sesuai menurutnya. Hidup Ove sangat teratur dan rutin dilakukan, maka jika ada hal yang membuat hidupnya berbeda maka ia akan marah.

Seperti halnya dia mengecek lingkungan tempat tinggalnya dalam kegiatan sehari-hari pada pagi hari.

Alur dalam novel ini di awal berlatar maju-mundur, sempat membuat bingung karena ujug-ujug bertemu dengan Ove yang sedang marah di sebuah tempat penjualan elektronik. Tapi setelah membaca sampai akhir kamu tidak akan bosan dengan cerita yang disuguhkan.

Meskipun ia seorang yang pemarah, namun sebenernya ia adalah orang yang baik. Ia memiliki tetangga baru sepasang suami istri yang selalu menyelamatkan Ove ketika ia hendak bunuh diri. 

Konflik yang didalmnya tidak terlalu rumit karena menceritakan kehidupan Ove ditambah humor yang lucu.

Buku ini ditulis dengan melakukan riset sebelumnya oleh penulisnya, menjadikan buki ini tidak sekedar cerita namun mengandung pelajaran hidup. Buku ini sangat direkomendasikan bagi kamu yang sedang mencari bacaan yang ringan namun tetap memiliki isi, atau pelajaran yang didapatkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

#AprilProduktifDay2: Melihat Sisi Baik Pandemi

Berbicara tentang sisi positif dan hikmah yang dapat diambil dari wabah covid-19 itu banyak sekali. Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari adanya wabah ini. Kita dihimbau untuk #StayAtHome tentu saja bagi anak perantau sangat senang kembali kerumah. Ada banyak waktu untuk bercengkrama, masak bersama, makan bersama, nonton tv bersama, dan masih banyak lagi yang dapat dilakukan. Yang tentu saja saat awal pulang dari perantauan merasa senang sekaligus sedih dan takut selama diperjalanan bertemu dengan banyak orang, meskipun sudah jaga jarak. Bisa mencoba masak dengan resep baru, dan berbagi resep dengan teman-teman yang suka memasak. Itung-itung belajar masaka ya karena selama di rantau selalu membeli makan tidak sempat masak sendiri. Dan ternyata mencoba hal baru itu seru! Meskipun jauh sebelum adanya wabah ini sudah selalu cuci tangan, tapi dengan adanya wabah ini kita lebih lebih sering mencuci tangan dan menjaga kersihan lainnya. Yang biasanya jalan hanya sa...

#AprilProduktifDay1: Untuk Tetap Selalu Bersyukur

Diakhir tahun kita semua pasti selalu melakukan evaluasi diri, apa hal-hal yang sudah dicapai patut untuk disyukuri dan juga apa yang belum tercapai, ya tidak apa-apa kita semua memiliki batasan:) Awal tahun ini dimulai dengan warna yang abu-abu. Bukan hitam ataupun putih, sebab aku sudah tahu bukan hitam atapun putih saja nanti dihidup aku. Apa-apa yang sudah direncanakan olehku belum tentu sesuai dengan rencana Allah:) Bukan aku  tidak  percaya diri, tentu saja aku selalu percaya dengan kemampuan yang aku miliki untuk mewujudkan semua rencana-rencana dan resolusi-resolusi yang sudah aku buat setiap tahunnya. Namun, semua rencana-rencana itu tidak berjalan sesuai dengan yang diinginkan, qodarullah.. semua nya harus kondisional dengan adanya pandemik di bumi kita ini. Mengabari teman-teman dengan berita bahagia ‘teman-teman, aku besok seminar proposal/munaqosyah. Kalian tidak usah datang aku malu. Minta doanya ya’. Berganti menjadi ‘teman-teman aku besok seminar propos...

#AprilProduktifDay6: Gapapa Menjadi Beda

Kalau ada hal aneh yang berbeda sama yang lain selain saya tidak suka minum kopi adalah saya tidak suka makan pedas. Padahal seblak dan ramen kata temanku,"apa rasanya kalo tidak pedas?". Memang umur saya tahun ini sudah dua puluh tahun lebih dikit tapi makan pedas saja tidak bisa. Setiap jajan sama teman pasti selalu beli makanan yang manis-manis, beda banget sama teman-teman yang sukanya jajanan yang asin.  Kalo lagi jajan pasti salah seorang teman ada saja yang bilang "Ohiya, selera Lina emang beda dari kita" haha Pernah suatu waktu aku beli seblak sama teman-teman, trus aku sok sok an pedasnya level lima. Yang membuat aku tidak bisa makan pedas adalah ketika makan pedas air mataku selalu turun:") padahal tuh gapapa loh bisa ditahan pedesnya tapi air mata malah gabisa berhenti. Sampai teman-teman kasian kalo lihat aku makan pedas:)) tapi seblak dan ramen tetap makanan asin-pedas favorit aku, meski dimakannya level satu atau dua.  Nah, karena tidak su...