Langsung ke konten utama

Day17: Desa Wisata Kasongan


Kasongan merupakan sebuah desa di Yogyakarta yang terkenal dengan kerajinannya. Ketika akan ke desa ini, akan disambut dengan gapura besar berwarna merah dengan bertuliskan “Desa Wisata Kasongan”. Terletak di daerah pedukuhan Kajen, desa Bangunjiwo, kecamatan Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Hampir setiap rumah di sepanjang jalan Desa Kasongan ini pasti memiliki koleksi-koleksi gerabah yang dipajang didepan.

Meskipun sudah di era milenial, namun gerabah-gerabah ini tetap eksis. Gerabah-gerabah tersebut dibuat dari tanah liat. Cara membuatnya yaitu dibentuk oleh pengrajinnya sendiri tanpa menggunakan mesin. Bahan untuk pembuatan gerabah berasal dari Bangunjiwo atau Mangunan. Namun tidak semua tanah itu memiliki kualitas yang baik, bahkan kadang ketika proses pengerigan gerabah pecah-pecah sebelum dibakar.  Gerabah ini dibentuk sesuai dengan hati pengrajinnya sehingga menghasilkan karya dengan nilai seni yang tidak biasa saja dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Setalah gerabah dibentuk, sebelum dibakar harus menunggu tanahnya kering. Namun untuk membakar gerabah-gerabah tidak memiliki jadwal, tapi menunggu ada pesanan dari para pemesan. Seperti halnya gerabah yang tertata didepan dan sudah kering belum dibakar juga karena belum ada pesanan yang datang.

Gerabah-gerabah tersebut di distribusikan kepada para pesanan dari pelanggan, tetangga, bahkan didistribusikan ke mancanegara. Para pembeli bisa datang langsung dan memilih gerabah sesuai dengan yang diinginkan.

Pengrajin gerabah disini merupakan masyarakat asli desa setempat yang meneruskan warisan keluarga secara turun temurun. Menjadi pengrajin gerabah disini sudah menjadi pekerjaan sehari-hari. Di desa ini lebih dari 100 orang pengrajin gerabah. Namun, rata-rata pengrajin gerabah disini kebanyakan sudah berumur, sedangkan anak mudanya tidak tidak ada karena tidak memiliki seni yang mumpuni dan sibuk dengan pendidikan. (11/12) Selasa, Yogyakarta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

#AprilProduktifDay2: Melihat Sisi Baik Pandemi

Berbicara tentang sisi positif dan hikmah yang dapat diambil dari wabah covid-19 itu banyak sekali. Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari adanya wabah ini. Kita dihimbau untuk #StayAtHome tentu saja bagi anak perantau sangat senang kembali kerumah. Ada banyak waktu untuk bercengkrama, masak bersama, makan bersama, nonton tv bersama, dan masih banyak lagi yang dapat dilakukan. Yang tentu saja saat awal pulang dari perantauan merasa senang sekaligus sedih dan takut selama diperjalanan bertemu dengan banyak orang, meskipun sudah jaga jarak. Bisa mencoba masak dengan resep baru, dan berbagi resep dengan teman-teman yang suka memasak. Itung-itung belajar masaka ya karena selama di rantau selalu membeli makan tidak sempat masak sendiri. Dan ternyata mencoba hal baru itu seru! Meskipun jauh sebelum adanya wabah ini sudah selalu cuci tangan, tapi dengan adanya wabah ini kita lebih lebih sering mencuci tangan dan menjaga kersihan lainnya. Yang biasanya jalan hanya sa...

#AprilProduktifDay1: Untuk Tetap Selalu Bersyukur

Diakhir tahun kita semua pasti selalu melakukan evaluasi diri, apa hal-hal yang sudah dicapai patut untuk disyukuri dan juga apa yang belum tercapai, ya tidak apa-apa kita semua memiliki batasan:) Awal tahun ini dimulai dengan warna yang abu-abu. Bukan hitam ataupun putih, sebab aku sudah tahu bukan hitam atapun putih saja nanti dihidup aku. Apa-apa yang sudah direncanakan olehku belum tentu sesuai dengan rencana Allah:) Bukan aku  tidak  percaya diri, tentu saja aku selalu percaya dengan kemampuan yang aku miliki untuk mewujudkan semua rencana-rencana dan resolusi-resolusi yang sudah aku buat setiap tahunnya. Namun, semua rencana-rencana itu tidak berjalan sesuai dengan yang diinginkan, qodarullah.. semua nya harus kondisional dengan adanya pandemik di bumi kita ini. Mengabari teman-teman dengan berita bahagia ‘teman-teman, aku besok seminar proposal/munaqosyah. Kalian tidak usah datang aku malu. Minta doanya ya’. Berganti menjadi ‘teman-teman aku besok seminar propos...

#AprilProduktifDay6: Gapapa Menjadi Beda

Kalau ada hal aneh yang berbeda sama yang lain selain saya tidak suka minum kopi adalah saya tidak suka makan pedas. Padahal seblak dan ramen kata temanku,"apa rasanya kalo tidak pedas?". Memang umur saya tahun ini sudah dua puluh tahun lebih dikit tapi makan pedas saja tidak bisa. Setiap jajan sama teman pasti selalu beli makanan yang manis-manis, beda banget sama teman-teman yang sukanya jajanan yang asin.  Kalo lagi jajan pasti salah seorang teman ada saja yang bilang "Ohiya, selera Lina emang beda dari kita" haha Pernah suatu waktu aku beli seblak sama teman-teman, trus aku sok sok an pedasnya level lima. Yang membuat aku tidak bisa makan pedas adalah ketika makan pedas air mataku selalu turun:") padahal tuh gapapa loh bisa ditahan pedesnya tapi air mata malah gabisa berhenti. Sampai teman-teman kasian kalo lihat aku makan pedas:)) tapi seblak dan ramen tetap makanan asin-pedas favorit aku, meski dimakannya level satu atau dua.  Nah, karena tidak su...